Pematang Jering (Boemimelayu.com) — Seolah Sungai Batanghari kini berubah fungsi jadi arena adu balap tongkang, puluhan warga Desa Pematang Jering akhirnya turun tangan. Bukan untuk menonton, tapi karena keramba ikan mereka lagi-lagi jadi korban tabrakan kapal batu bara. Bukan satu dua kali, tapi sudah empat kali. Empat kali!
Sabtu pagi, 31 Mei 2025, sekitar pukul 10.00 WIB, amarah warga pecah. Mereka mendatangi tongkang batu bara yang nyaris jadi simbol abai dan arogan. Aksi ini pun viral di media sosial. Dalam salah satu video, terdengar suara warga yang frustrasi, sambil menunjuk tongkang kosong tanpa awak yang tersandar manis di tengah sungai.
“Tengok ha, kep nyo dak do, kapalnyo dak do! Ni bahayo ni kalau hanyut,” kata seorang warga dalam video, setengah marah, setengah bingung, seperti bertanya: Siapa yang sebenarnya menyetir provinsi ini?
Warga makin kesal karena keramba yang hancur bukan sekadar bambu dan jaring. Itu harapan panen. Itu tabungan. Itu hidup. Dan sekarang, hancur sudah 20 unit keramba—bukan karena banjir, tapi karena tongkang zombie yang berkeliaran tanpa sopir.
Mantan anggota DPRD Muaro Jambi, Zulkifli, yang ikut turun ke lokasi bersama Pol Airud, mengaku geram.
“Hancur lebur dibuatnyo. Sudah 20 keramba ditabraknya. Kerugian Rp500 juta lebih. Kami minta ganti rugi!” tegasnya.
Zulkifli menambahkan, kejadian ini bukan drama satu episode. Ini musim keempat. Dan belum ada “sutradara” yang bertanggung jawab. Hauling batu bara, yang katanya demi ekonomi daerah, malah menggilas ekonomi warga kecil.
Dan yang paling menyedihkan? Gubernur Jambi belum juga terlihat di tepi sungai. Padahal di situ, masyarakat menanti: minimal jawaban, syukur-syukur empati.
Untuk saat ini, warga hanya bisa menjaga keramba sambil berdoa—agar tongkang berikutnya tidak datang membawa maut.