Risma Pasaribu: Jangan Korbankan Nyawa Warga Demi PAD dan Janji Kosong Pembangunan

  • Bagikan

Opini, : Risma Pasaribu, Warga Provinsi Jambi

Saya Risma, warga Provinsi Jambi yang sudah lama menetap di Kota Jambi. Meskipun saya tidak tinggal di kawasan yang terdampak langsung oleh banjir di sekitar Jambi Business Center (JBC), saya tidak bisa tinggal diam melihat ketidakadilan yang terjadi. Banjir besar yang kini berulang di kawasan Sipin, dan berbagai sudut kota lainnya, bukanlah bencana alam biasa. Ini adalah bencana kebijakan—hasil dari kesalahan dalam merancang pembangunan yang hanya mementingkan keuntungan ekonomi jangka pendek.

Saya ingin meluruskan satu hal yang sering diputarbalikkan dalam berbagai forum, oleh para pejabat, pengusaha, dan bahkan beberapa tokoh masyarakat setempat. Kita terus dicekoki dengan narasi bahwa JBC menyerap banyak tenaga kerja, menarik investor ke Jambi, dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Tapi mari kita jujur: berapa banyak warga yang benar-benar mendapat pekerjaan tetap dan layak dari proyek ini? Berapa persen PAD yang kembali ke masyarakat, terutama mereka yang kini rumahnya terendam air banjir dan masa depannya tak pasti?

Baca Juga:  Liputan Gas 3 Kg: Seorang Wartawan di Usir 'Sekdes Simpang Sungai Duren Saat Hendak Konfirmasi

Lebih menyakitkan lagi ketika kepala RT seperti yang terjadi di RT 11, inisial D, justru menjadi corong kepentingan pengusaha dan penguasa. Alih-alih mendengar dan menyuarakan keresahan warganya, dia justru aktif membungkam protes warga dan membela proyek JBC seolah-olah itu adalah puncak pencapaian peradaban Kota Jambi. Padahal, ketika air naik dan menghanyutkan barang-barang warga, tidak ada pembangunan yang bisa mengganti rasa trauma dan ketidakamanan itu.

Saya juga ingin menyampaikan kritik tajam kepada Gubernur Jambi, Al Haris, yang terus menyuarakan pencapaian PAD dan hadirnya investor. Pak Gubernur, rakyat Anda bukan hanya angka statistik. Ketika Anda bicara tentang “kemajuan”, tolong jangan lupakan kenyataan di lapangan. Banyak bangunan megah di Jambi yang terbengkalai, tidak dimanfaatkan dengan baik. Tingkat pengangguran tetap tinggi. Lalu, apa makna sebenarnya dari pembangunan yang Anda banggakan?

Baca Juga:  Berapa Titik Sumur Petrochina Diduga Tak Miliki izin, KKRJ Lapor ke Kejati Jambi

Kepada para pengusaha, pemilik JBC, pertanyaan saya sederhana: Apakah profit Anda sebanding dengan kerusakan lingkungan yang Anda tinggalkan? Apakah keuntungan pribadi Anda lebih penting dari keselamatan ribuan warga yang kini hidup dalam ketakutan akan banjir berikutnya?

Pembangunan seharusnya tidak mencederai hak lingkungan dan hak hidup masyarakat. Saya tidak menolak kemajuan. Tapi kemajuan tidak boleh dibangun di atas air mata, banjir, dan nyawa yang terancam.

Saya menulis ini bukan karena saya benci pada pembangunan, tapi karena saya cinta pada Jambi. Dan saya tidak ingin melihat provinsi ini rusak oleh kepentingan segelintir orang yang merasa bisa membeli segalanya—termasuk suara diam para pemimpin kecil seperti RT yang lupa fungsinya.

Baca Juga:  Kasus Pengrusakan Ruko di Jl. Samsudin Uban Jelutung Kota Jambi Menemui Titik Terang, Ini Tindak Lanjutnya!

Sudah saatnya kita bersatu dan berkata: cukup! Jangan korbankan nyawa warga demi PAD dan janji-janji pembangunan palsu. Kita butuh keadilan ekologis, bukan sekadar trotoar baru dan lampu jalan pintar. Kita butuh pemimpin yang berani membela rakyat, bukan yang sekadar menjaga relasi baik dengan pemilik modal.

Baca juga berita kami di:
Penulis: RedEditor: Riyono
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan